RSS

MENGOPTIMALKAN PRODUKSI

PENDAHULUAN
Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluang untuk pengembangan eksploitasi dibidang perikanan baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan.
Sebagai kabupaten baru Tanah Bumbu yang dulunya termasuk dalam wilayah Kabupaten Kota Baru telah ditetapkan sebagai suatu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet), berdasarkan Kepres Nomor 11 Tahun 1998 tanggal 19 Januari 1998 (Anonim 2004b), tetantang penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu dan sesuai dengan peruntukannya berdasarkan pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Untuk itu perlunya eevaluasi terhadap pembangunan yang telah dicapai khususnya sektor perikanan budidaya tambak meliputi aspek kesesuaian lahan dan pemanfaatan lahan maupun aspek ekonomis untuk budidaya berdasarkan lingkup Kapet Batulicin, dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian terhadap aspek usaha dan pola pemanfaatan ruang budidaya di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin ini, hal ini berguna untuk membantu pemerintah daerah dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan perikanan budidaya di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu.

II. MATERI DAN METODE
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dimana menurut Moch. Nazir (2003), metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian adalah Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin yang berada pada Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
3.3. Wilayah Kajian dan Variabel Penelitian
Wilayah kajian penelitian adalah Kabuapaten Tanah Bumbu meliputi Kecamatan Batulicin, Kusan Hilir, Sei Loban dan Kecamatan Satui,
3.4. Parameter dan Variabel Penelitian
Parameter penelitian yang diamati adalah kesesuaian lahan budidaya, pemanfaatan lahan, serta aspek ekonomis dari usaha budidaya tambak.
3.4.1. Parameter Kesesuaian Lahan
Terbagi atas dua komponen yaitu berdasarkan aspek kesesuaian tata ruang berdasarkan RTRW Kapet Batulicin dan kesesuan lahan berdasarkan aspek fisika dan kimia perairan tambak dengan kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak DKP (2002) meliputi :
a. Parameter topografi tanah : kelerengan, tekstur, drainase dan ketebalan gambut.
b. Parameter fisika : suhu air, kecerahan dan pola amplitudo pasang surut air laut.
c. Parameter kimia : oksigen terlarut, Amoniak, salinitas, pH dan H2S.
d. Parameter iklim : curah hujan dan hari hujan.
3.4.2. Parameter Pemanfaatan Lahan
Parameter pemanfaatan lahan meliputi variabel :
a. Luas lahan yang termanfaatkan untuk kegiatan budidaya udang windu dan luas lahan yang diperuntukan untuk kawasan budidaya.
b. Tekanan penduduk, merupakan laju pertambahan tingkat pemanfaatan sumberdaya kawasan yang dinilai dengan penduduk sekitarnya.
c. Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan lahan, merupakan tanggapan masyarakat terhadap suatu kawasan.
3.4.3. Parameter Aspek Ekonomi
a. Tingkat produksi dan penerimaan dari budidaya udang windu.
b. Biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel)
c. Tingkat keuntungan
d. Kelayakan usaha
3.5. Jenis dan Sumber data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian untuk variabel kesesuaian lahan dilakukan pengukuran langsung di lapangan (insitu) dan pengumpulan data sekunder serta untuk variabel pengamatan pemanfaatan lahan dan aspek ekonomis digunakan daftar pertanyaan (kuisioner).
3.7. Teknik Pengambilan Sampel
a. Pengambilan sampel untuk variabel pemanfaatan lahan dan aspek ekonomis dengan teknik proporsional sampling (10% dari jumlah populasi RTP di masing-masing kecamatan) kecamatan Batulicin jumlah populasi 169 RTP, Kecamatan Kusan Hilir 420 RTP, Kecamatan Sei Loban 247 RTP dan Kecamatan Satui 230 RTP.
b. Untuk variabel kesesuaian lahan berdasarkan aspek fisika dan kimia dilakukan pengukuran pada stasiun pengamatan (insitu) berdasarkan desa yang telah ditentukan dan penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan melakukan pengundian pada setiap lokasi tambak (RTP) pada tiga desa dan dilakukan pengulangan sampel sebanyak 3 kali setiap lokasi.
3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis yang dilakukan adalah analisis keruangan yang dilakukan dengan cara mengkaji ruang budidaya yang telah dimanfaatkan dengan rencana tata ruang Kapet Batulicin, sesuai dengan kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Tanah Bumbu yang dituangkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Pengambangan Ekonomi Terpadu Batulicin (RUTR Kapet Batulicin) dan Peraturan Daerah (Perda).
Selanjutnya untuk mendapatklan kesesuaian lahan berdasarkan parameter fisika dan kimia perairan dilakukan pembobotan terhadap nilai parameter. Penyusunan matrik kesesuaian merupakan dasar dari analisis keruangan. Matrik disusun melalui kajian pustaka dan diskusi ekspert sehingga diketahui parameter syarat yang dijadikan acuan dalam penyusunan model ini. Syarat yang dimaksud adalah parameter utama, parameter sekunder dan parameter pendukung.

0 komentar:

Posting Komentar