Ajaran Islam garis keras bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) hanya bisa tumbuh di luar keluarga. "Misal di masjid diajarkan tentang negara Islam, jangan tahlilan, jangan ziarah kubur, namun ketika kembali ke rumah diajak orang tua tahlilan, mereka akan ikut tahlilan. Tidak bisa ajaran itu ikut masuk ke keluarga," tegas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Agil Siradj di Jakarta, Kamis (29/4).
Menurut Said, khusus untuk NU tidak banyak yang menganut atau mengajarkan Islam ekstrim tersebut. "Di NU, banyak yang liberal, namun yang ekstrem tidak," tegas dia.
Said menegaskan, ajaran Islam aliran keras bukanlah produk baru. Sudah ada sejak lama. "Bahkan pembunuh Khalifah Ali, yang bernama Abdur Rahman bin Muljan, hafal Alquran, tiap malam salat, dan tiap hari puasa. Jangan dikira yang membunuh Khalifah adalah preman. Padahal mereka beranggapan tidak ada hukum selain hukum Allah," cerita Said Agil.
Said berpendapat ajaran Islam ekstrem yang kini kembali tumbuh subur tak terlepas dari situasi dunia sekarang. "Namun sekarang muncul lagi ketika umat Islam berada di bawah tekanan, melihat anak-anak di Palestina dizolimi, melihat kondisi Afghanistan, melihat kondisi Irak. Aliran keras ditambah dukungan finansial yang lengkaplah sudah," paparnya.
Disimpulkannya, ajaran Islam garis keras muncul sebagai bagian dari skenario yang sengaja diucapkan. "Itu jelas big design dan hanya karena kegenitan aktual, bukan dari dalam dirinya sendiri," tambahnya.
Metrotvnews.com
0 komentar:
Posting Komentar